Seris 11
Patriot Evelin Christy 201
Setelah sekian lama tinggal di area Mappi ini dan menjalankan tugas di Kampung Toghompatu, entah bagaimana di bulan ke-11 ini mulai merasakan masalah ini. Sebenarnya sejak bulan-bulan sebelumnya selama menjalankan tugas di kampung juga sudah merasakan kemungkinan masalah ini muncul. Namum sepertinya di bulan November ini lebih sulit.
Jadi untuk mengakses kampung tempat penugasan hanya dapat dilakukan menggunakan ketinting masyarakat yang keluar masuk kampung. Area Kabupaten Mappi dengan julukan sejuta rawa, dapat dibayangkan bagaimana ‘jalan’ menuju kampung adalah berupa sungai, rawa, dan anakan sungai atau kali potong. Pastinya transportasi utama yang digunakan adalah transportasi air. Beberapa orang yang memiliki uang tentu dapat membeli ketinting atau fiber, jika tidak maka hanya dapat mengandalkan tumpangan dari orang-orang yang akan melakukan perjalanan dengan tujuan yang sama. Seperti yang selama ini saya lakukan, yaitu bergantung pada masyarakat kampung yang akan turun ke Kota Kepi maupun naik ke kampung lagi.
Pada bulan November ini setelah menyelesaikan laporan bulanan untuk bulan sebelumnya, seperti biasa saya akan kembali naik ke kampung untuk melanjutkan pendampingan kepada kelompok noken, membayar noken yang sudah selesai, serta pendampingan untuk distribusi SPEL. Beberapa lokasi tempat tinggal masyarakat Kampung Toghompatu di Kota kepi ini diantaranya ada di tenemohon, kompleks Toghompatu di kilo 1, dan tanjung bambu. Selama ini saya paling sering ikut masyarakat yang berangkat dari tanjung bambu karena disana tinggal salah satu guru asli kampung yang memiliki fiber baru dan sering bolak balik ke kampung dan Kepi. Namun nyatanya sudah beberapa hari mencari transportasi ke 3 lokasi tersebut, tetapi belum didapatkan hasil.
Beberapa hari berturut-turun mengunjungi rumah-rumah masyarakat di Kepi tetapi saya hanya mendapatkan informasi simpang siur mengenai siapa yang akan berangkat ke kampung. Atau jika tidak, jawabannya ya hanya ‘Ibu mereka sudah jalan tadi, kemarin boleh…’ begitu kurang lebih. Atau beberapa masyarakat dengan jelas menunjukan raut muka enggan untuk memberikan tumpangan menuju ke kampung atau mungkin menghindar jika ditanyai terkait tumpangan ke kampung. Bahkan ada juga yang menjawab bahwa mereka tidak akan mempir ke kampung padahal jelas-jelas keesokan harinya sudah didapatkan info bahwa mereka sudah sampai di kampung.
Saya sendiri bingung harus berkomentar apa. Karena memang kenyataannya saya hanya menumpang dan hanya dapat bergantung pada kesediaan mereka jika ingin memberikan tumpangan. Bahkan ketika menawarkan system menyewa pun belum ada kesediaan untuk mengantarkan ke kampung. Hingga akhirnya di bulan September ini patriot belum dapat menjalankan tugas di kampung.