Jepa-jepa, atau sering disebut roti khas Aru, adalah camilan tradisional berbahan dasar sagu. Di Desa Koba Selfara, Kecamatan Aru Tengah, Kepulauan Aru, sagu bukan sekadar bahan makanan — ia adalah bagian dari kehidupan masyarakat. Desa ini dikelilingi hutan sagu yang luas dan subur, tempat warga mengambil dan meramu sagu untuk dijadikan makanan pokok maupun camilan. Selain kelapa yang tumbuh melimpah di sekitar rumah, sagu menjadi sumber pangan penting bagi warga desa. Dari kedua bahan inilah tercipta camilan khas yang sederhana namun menggugah selera: jepa-jepa.
Camilan ini memiliki bentuk pipih dan renyah, dengan rasa manis khas dari gula aren yang membuatnya semakin nikmat. Meski sederhana, jepa-jepa mencerminkan kearifan lokal masyarakat yang memanfaatkan hasil alam sekitar dengan penuh kesadaran dan rasa syukur.
Alat dan bahan:
1. Sagu
2. Kelapa parut
3. Gula aren
Cara membuat:
1. Keringkan sagu dengan cara menaruhnya di atas wajan dan sangrai hingga kering.
2. Setelah kering, angkat dan hancurkan hingga bertekstur seperti tepung.
3. Masukkan sagu yang telah dihaluskan bersama kelapa parut ke dalam wajan, lalu aduk hingga tercampur rata.
4. Tambahkan gula aren sesuai selera, sambil terus diaduk agar meresap.
5. Setelah bahan tercampur rata, pipihkan adonan di atas wajan. Tunggu hingga satu sisi kering, lalu balik untuk mengeringkan sisi lainnya.
6. Jika kedua sisi sudah matang dan berwarna kecokelatan, angkat lalu potong sesuai selera.
7. Jepa-jepa siap disajikan.
Saya turut melihat langsung proses pembuatannya. Saat itu, salah satu pemuda (Kecia, 18 tahun) di desa mengajak saya untuk melihat bagaimana jepa-jepa dibuat. Kami melakukannya di luar ruangan, di tempat santai pada malam hari sambil berkumpul dengan beberapa warga lain. Udara malam terasa hangat dengan aroma sagu yang dipanggang, bercampur suara tawa, petikan gitar dan obrolan ringan.
Momen itu membuat saya menyadari bahwa pembuatan jepa-jepa bukan sekadar tentang mengolah bahan dari alam, tapi juga tentang kebersamaan dan rasa kekeluargaan. Lewat kegiatan sederhana ini, saya belajar mengenal masyarakat Koba Selfara lebih dekat — tentang bagaimana mereka hidup berdampingan dengan alam dan saling berbagi dalam keseharian. Jepa-jepa menjadi simbol kecil dari hubungan yang hangat antara manusia dan alam, serta antara satu sama lain.