Gugur daun pagi hari seraya saya melamun akan sebuah kejadian. Akhir-akhir ini aku termenung mengenai keberadaan sebuah tenun. Yah tenun pemintalan benang tradisional di Indonesia.saya belajar mengenai tenun Sumba NTT. Saya ditempatkan di Desa Patawang, salah satu desa terpelosok di Indonesia. Banyak mama mama di Desa Patawang menenun untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari mereka. Aku lihat senyum mereka. Mereka tidak hanya sekedar menenun, mereka seperti sedang merangkai cita-cita di dalamnya. Tangan memintal benang dengan pola-pola yang rumit seperti nya mereka sedang bercerita akan perjalanan hidup mereka yang tidak sesederhana itu. Tapi mereka harus bertahan. Mendung itu biasa, hujan bagi mereka tak begitu keras sederas keringat dan air mata yang mereka cucurkan untuk bertahan hidup selama ini.
Tenun ini bukan sembarang tenun.
Saya banyak belajar arti kehidupan disana yang bisa membuat anda ternganga. Tenun ini dibuat dengan pintalan benang dan rumus cukup rumit. Kalau ibarat rumus matematika ini jauh di atas pitagoras, ini lebih ke coz dan sin. Yang belum tau bisa cek sendiri. Proses untuk menjadi kain memerlukan perjalanan yang panjang. Ibarat kalian ke Roma, kalian harus naik angkot ataupun kalian harus menyebrangi lautan. Aku tidak bisa menjelaskan proses karena bahkan untuk merangkai menjadi kata itu tidak mudah. Setelah melalui proses yang begitu panjang akhirnya terciptalah tenun yang cantik. Kalian harus lihat langsung raut muka mama mama dalam menenun. mereka seperti begitu cekatan, salah resep bisa merusak semuanya. Mata mereka begitu kuat melihat jarak antar benang dan pola warisan leluhur yang cukup rumit. Bahkan mereka punya rahasia terhadap pola mereka ataupun tenun mereka.
Kalau kita lihat proses tenun itu sama seperti kehidupan manusia. Bukan hanya panjang tapi begitu rumit dan penuh teka teki. Sekarang kita lihat bahkan kita tidak bisa menebak besok akan jadi seperti apa. Kita harus siap, badan kita harus siaga karena kita pernah tau. Kalau kita tarik lagi ke pola-pola rumit pada tenun seperti gambaran dari tubuh manusia. Pola seperti sederhana tapi tidak dengan sejarah dibsetiap goresan di tubuhnya. Banyak manusia yang punya cerita yang menjadikan dirinya menjadi apa sekarang. Seringkali kita melihat orang yang sekuat baja, mungkin ga tau berapa lama ia ditempa. Sampai bahkan deburan ombak tidak mampu menggoyahkan ia sedikit pun. Itu artinya kita butuh benang yang kuat, benang pilihan agar tercipta tenun yang tidak mudah robek dan rusak.
Sekarang kita lihat ke pewarnaannya. Dalam pewarnaan tenun itu bukan mengunakan cat. Lebih rumit dari yang dibayangkan. Tenun ini mengunakan pewarna alam dan setiap warna punya resep dan cara pembuatannya sendiri. Seperti saya ambil warna hitam proses dari warna hitam yaitu benang harus direndam dalam air lumpur dengan waktu yang cukup lama. Lumpur itupun bukan dari tanah biasa tapi tanah pilihan khusus. Belum lagi ada bumbu rahasia di dalam lumpur tersebut. Belum sampai disini. Dalam proses pewarnaan hitam perlu trik dari pencelupan benang jadi tidak sembarang untuk direbus semata. Bahkan jika anda melihat lebih jauh dalam proses pencelupan butuh waktu hingga 50 kali perebusan agar menjadikan warna yang diinginkan. Itu baru satu warna bisa bayangkan warna-warni yang lain. Kalau coba kita tarik di kehidupan bagaimana warna kalian? Apakah hitam dan orang melihat kalian buruk?. Tidak juga kan seperti halnya tenun tanpa warna hitam tenun mungkin tidak secantik itu. Warna warna lain yang menyatu di dalamnya membuatnya semakin indah. Sama seperti manusia yang ada sisi baik dan gelap. Tidak semuanya gelap. Kalau kalian lihat manusia tidak semua buruk, mereka pasti ada sisi baiknya. Atau kalian lihat manusia yang begitu alim dan sempurna apakah kalian tau apa dibalik topeng mereka. Setiap warna telah melewati prosesnya itu artinya kalian sudah sejauh ini untuk menjadi diri kalian sekarang.
Beralih ke hubungan sang Pencipta. Aku melihat tenun seperti tersadarkan kuasa Tuhan bermain disini. Kalian tau harga tenun berapa. Bukan ratusan ribu bisa puluhan bahkan ratusan juta. Kalau kalian tarik dengan logika sepertinya tidak masuk akal. Bayangkan harga tenun ratusan juta tetapi dijual dipelosok yang tidak dijangkau oleh orang banyak. Lalu bagaimana tenun-tenun ini bisa terjual. Bagaimana tenun yang mereka pintal dengan penuh doa bisa terjual di banyak tempat. Kalau bukan rezeki sudah diatur.
Terakhir adalah bagaimana tenun ini dilihat oleh manusia. Orang awam akan melihat tenun itu kain biasa. Tidak ada spesialnya. Hanya selembar kain, bahkan saat saya menawarkan tenun dengan harga tinggi teman-teman kaget dengan harganya. Itu karena mereka tidak tau nilai dan proses dari pembuatan tenun tersebut. Banyak mereka yang menyamakan tenun dengan kain biasa. Padahal kalau kalian lihat secara langsung proses pembuatan tenun tersebut saya rasa dengan harga jutaan yang ditawarkan masih belum sebanding. Aku melihatnya sendiri proses yang rumit dan panjang, bahkan untuk sehelai benang aja perlu proses sendiri. Tapi tetap masih ada orang yang mengapresiasi dan membeli tenun yang mahal itu. Hanya orang-orang tertentu. Sampai sini paham belum? Iya hanya orang yang tertentu yang bisa melihat seberharga itu kamu. Tidak semua orang. Mungkin kamu orang biasa dinilai banyak orang tapi percaya ada yang melihat kamu itu berlian. Mereka melihat kamu seberharga itu. Artinya kamu butuh orang yang tepat untuk melihat dirimu. Kamu akan lebih bersinar dimata mereka. Mereka akan lebih menjaga kamu karena kamu penting bagi mereka.