Cerita yang menurut saya sangat berkesan ketika sedang melakukan survei inventarisasi LTSHE di Desa Rian Tubu yaitu Kepala Desa Rian Tubu bernama Pak Karel. Beliau sudah menjadi kepala desa selama 2 periode dan habis pada masa 2023. Pertama kali survei saya tinggal di desanya dan tidur di rumahnya kurang lebih 4 hari. Beliau dengan istrinya dan 3 anaknya yang masih kecil. Beliau menurut saya adalah sosok orang sangat berkerja keras dan bertanggungjawab serta berwawasan luas. Ternyata selama ini saya salah menilai bahwa orang yang tinggal di plosok desa antah berantah tidak memiliki wawasan yang luas. Faktanya beliau cerita banyak hal mengenai perkembangan politik, perkembangan pembangunan dan religi. Beliau sangat memikirkan perkembangan desanya dan perkembangan pembangunan desa menjadi prioritas utamanya menjadi kepala desa, beliau bercerita bahwa untuk menunda pembangunan rumahnya yang kecil demi memprioritaskan perkembangan desanya. Mata pencaharian beliau adalah berdagang dan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari beliau kadang berburu hewan di hutan.
Kondisi letak wilayah Desa Rian Tubu ini benar di tengah hutan kalimantan, akses menuju desa ini pun harus menggunakan perahu kecil (ketinting) dan ditempuh dengan waktu 4 sampai 6 jam perjalanan melewati sungai dan itupun hanya sampai muara desanya dan masih dilanjutkan dengan berjalan kaki kurang lebih 4 jam perjalanan. Lalu yang membuat saya sangat salut adalah ketika beliau harus membeli peralatan rumah tangga serta membeli apapun kebutuhan ntah untuk keluarga dan desanya bersama masyarakat desanya dengan akses jalan yang seperti itu. Memang di luar akal sehat saya sebagai manusia yang hidup di kota yang serba mudah. Masyarakat memikul barang bawaan yang jelas sangat berat dan beresiko tinggi melewati tebing sungai dan banyak tanah yang longsor, bahkan ada yang membawa lemari, mengangkut kawat beronjong dipikul dengan berjalan kaki. Hebatnya wanita dan laki-laki mempunyai kedudukan yang sama dalam bergotong royong demi kemajuan desanya. Ketika saya harus berpisah dengan desa tersebut, Pak Karel meminta saya untuk memberikan kenang-kenangan, lalu saya tanpa pikir panjang memberikan tas carrier yang saya bawa. Saya memberikan tas carrier saya untuk pengingat beliau dan sebagai tanda saya sangat salut dengan perjuangan di Desa Rian Tubu. Beliau sangat senang dengan pemberian saya. Walaupun saya tidak bisa memberikan penerangan energi baru terbarukan di desa ini, hanya itu yang bisa saya berikan untuk desa yang seharusnya mereka lebih membutuhkan Energi Baru Terbarukan.
Salam dari Malinau with Love~