Savana
Gersang dan berdosa. Savana adalah materi yang selama ini saya dengar semasa sekolah. Tapi aku belum pernah melihatnya. Saya hanya membayangkan dengan imajinasiku. Dimana rumput kering yang tinggi, embun, serangga, dan kangguru. Sekarang aku benar-benar melihatnya. Imajinasiku yang gila terhadap alam Savana masih belum seberapa. Benar-benar cantik, bahkan kalian akan banyak terdiam karena tidak segersang itu, ada hijau-hijaunya. Disitu saya melihat kuda yang berlari, sapi yang bercanda. Pikiranku liar aku tahu mereka berpura-pura tidak tahu. Mereka bisa berbicara dan ilalang yang tinggi itu menutupi rahasia mereka selama ini. Mereka bukan binatang bodoh saat engkau berpaling mereka akan berdiskusi serius tentang masalah dunia. Entah mungkin mereka juga berdiskusi untuk menggeser manusia dalam beberapa dekade mendatang. Ada yang lebih gila, aku berfikir bahwa Savana ini ada ruang-ruang tersembunyi. Kadang aku merasa gila dan mencoba mencarinya. Seperti ada di dalam film-film. Entah bagaimana aku masuk ke ruang itu. Atau ada sekuncup bunga yang harus aku petik atau batu raksasa yang aku geser. Dan diam-diam disitu ada peri yang mengamatiku. Peri itu berfikir bahwa manusia akan jahat sehingga selalu bersembunyi. Padahal kalau dia menampakan dirinya di depanku, aku tidak begitu. Aku spesies yang lain dari manusia yang terasingkan. aku spesies baik dan selalu tersakiti
Ketakutan peri terhadap manusia sama seperti ketakutanku. Selama ini saya lebih banyak menyendiri. Aku sadar bahwa masalalu begitu gelap dan membuatku redup dengan cahaya yang terang sekalipun. Saya sering merasa sendiri diantara riuh ruang. Aku seperti berbeda, aku tidak menyukai kebisingan. Ada luka-luka yang menggores, goresan itu tidak dalam tapi banyak. Sepertinya goresan itu tidak akan memudar justru makin dewasa banyak luka luka baru. Padahal banyak luka lama yang belum sembuh. Lebih parahnya lagi ada luka di atas luka. Bisa bayangkan sakitnya seperti apa. Tapi air mata bisa bagian dari penyembuhan. Tidak perlu banyak bicara karena tidak akan ada orang yang mengerti. Kadang saya harus menunggu hujan. Karena hujan itu baik diantara banyak manusia yang melihatmu menangis hanya hujan yang tulus menangis. Bahkan tangisanya lebih besar darimu.
Tangisan bukan berarti lemah bisa jadi kekuatan. Ada orang orang yang sederas bertahan dengan tawa yang begitu menggelegar. Apa kalian tau saat malam gelap merayap. Mungkin dia terisak tangis menahan semuanya. Tapi dia kuat bisa bertahan sejauh ini. Banyak orang hebat banyak di sekitarmu, coba kau diam merasuki mereka mungkin tanjakanmu belum seberapa dibandingkan mereka. Setiap orang pasti punya cerita hebatnya dan bagaimana ia melepaskan diri dari jerat masalahnya. Kalau aku sendiri lebih suka menyendiri. Saya tidak suka bercerita. Karena saya tau banyak orang yang hanya ingin tau, tidak benar peduli. Lebih enak bercerita dengan semut dan dinding. Bukan gila tapi mereka pendengar yang baik. Kadang manusia mungkin mendengarkan tapi dalam hatinya bisa jadi mereka tersenyum lebar dengan masalah yang kita alami. Terdengar jahat, tapi banyak yang begitu, banyak manusia yang menyayat kita perlahan tapi didepan kita seolah-olah malaikat penyelamat yang bisa mengubah semua. Aku yakin kalian sering temui orang-orang seperti itu. Cepat jauhi, yang benar baik banyak hanya kau tidak melihatnya.
Berlari di Savana juga opsi lain untuk menguatkan diri. Saya yang kosong sering kali ke bukit dan menyendiri. Bukit yang penuh kekosongan dan diri yang kosong. Kita sama-sama dalam kekosongan. Di savana ini aku merasa lega, tidak perlu teriak juga. Kamu cukup melihat rumput kering yang berusaha bertahan di antara panasnya sinar matahari. Sekuat itu mereka. Masa kamu kalah. Kamu sudah bertahan sejauh ini, bahkan liat matamu, ada cahaya yang harus kau renggut. Hal lain kamu melihat sapi yang diikat. Lihat berapa terbatasnya dia bahkan rumput basah di depan mata ia tidak mampu meraih. Setabah itu mereka. Masa kamu kalah. Banyak hal yang bisa dipelajari dan dipetik. Tapi jangan petik bunga ya, karena hanya ada beberapa bunga yang berhasil tumbuh di Savana, mereka seperti saya dan dirimu. Tumbuh diantara kegersangan tapi mereka secantik itu sebenarnya. Tapi terkadang ia tidak sadar tentang apa yang mereka miliki. Sayangnya di Savana ini jarang ada kupu-kupu, sama seperti dirimu jarang sekali yang menyadari bertapa cantik dirimu. Sekarang kamu paham kan. Seberapa indah dirimu cukup kamu datang ke Savana, kamu akan disadarkan banyak hal. Tidak perlu berlari kamu tidak akan dikejar. Cukup diam dan lihat dirimu. Kamu seberharga itu oleh karena itu kamu ada di dunia ini.