Nama saya Dila. Mungkin sekarang sudah banyak yang tahu nama saya tapi di awal ketika pertama kali sampai di Arguni banyak panggilan yang biasanya orang tujukan kepada saya.
Orang-orang awalnya memanggil Ibu, kemudian menjadi Kakak Dila terutama mama-mama dan anak-anak. Sedangkan untuk Bapak-bapak biasanya bilang Ibu Dila tapi ada juga yang panggil Mba Dila. Ada juga yang setelah beberapa bulan live in sudah memanggil langsung dengan sebutan Dila, yaa walaupun itu bisa dihitung jari.
Saya ingat waktu pertama kali setelah penentuan desa live in ada salah satu anak yang memanggil saya dengan sebutan Mama Ade.
“Baru Mama Ade disini sampai kapan? Tanya Dea
“Mama Ade? Tanya saya kembali.
“Iya Mama Ade”.
“Oooh, tidak tahu. Coba kamu pergi tanya Mama Ade” jawabku bingung.
“Ini saya sudah tanya toh’’
“Saya?’’.
‘’Iyaa’’
‘’Yang bilang saya Mama Ade siapa?
“Tadi mama ada bilang pergi duduk di jembatan dengan Mama Ade’’. Karena saat itu saya memang sedang duduk duduk di jembatan.
Jadi awalnya saya berfikir ketika Dea bilang Mama Ade itu dia tanya adik mamanya, ternyata yang dia maksud mama ade itu saya. Mungkin karena waktu itu Mama Dea belum tau nama saya, dan perbedaan usia yang tidak terlalu jauh jadi dipanggillah saya Mama Ade. Tidak hanya Mama Ade, ada juga yang panggil saya Mama Tua, karena saya lebih tua dari Mamanya.
Tapi diantara sekian banyak pangggilan yang paling sering saya dengar itu adalah panggilan kakak Dila, kakak Ibu dan Nona.