Memasuki bulan September, artinya sisa waktuku di Masyeta tinggal 2 bulan lagi. Pada beberapa kesempatan aku mulai “berpamitan” pada warga kampung, termasuk kepada murid-muridku.
Pada suatu waktu, dua orang muridku bernama Anggerina dan Martha sedang berkunjung ke rumah untuk belajar merajut.
“Ibu pu noken bagus ee, buatkan untuk sa kah” pinta martha untuk dibuatkan noken
“ibu su mau pulang nak, makanya ko belajar jahit noken sendiri” kataku
“baru ibu tidak kembali?” martha kembali bertanya
“tidak too”
“Haweeen ooooo ibuuu” kata Martha dan Anggerina bersamaan.
“sa tidak bisa ini, sa sayang ibu”
**
Beda dengan Ersi dan Deserina, mereka dua justru ingin ikut aku pulang ke jawa. "ibu, kalau ko pulang sa ikut ee"
"betul ibu, sa sayang ko ini, sa mau ikut ko" yang cuma ku balas dengan tawa.
**
Lain waktu murid kesayanganku, Delila, bersama Rosarina dan Melianus datang ke rumah malam-malam “ibu, ibu, ada ibu guru baru. Besok ibu tetap turun mengajar?”
Sewaktu ku jawab bahwa aku tidak lagi mengajar karena sudah ada ibu guru baru, dan sebentar lagi aku pun akan pergi dari kampung, mereka merajuk. “sa tidak mau sekolah kalau ibu pergi. Sa sayang ibu ini, sayang yang tara bisa. Hawen oo ibu”
**
Hawen adalah Bahasa Moskona untuk kata sayang. Belakangan kata ini sering ku dengar, terutama ketika aku bilang akan pulang ke Jawa dan tidak kembali lagi ke Masyeta.
"Hawen oo, ibu juga sayang kalian, sayang yang taraa bisa"