Harapan itu selalu tercurah pada setiap insan yang bernyawa, seperti dengan halnya masyarakat kampung Naramasa yang terisolir jauh kedalam hutan dan jarang tersentuh oleh tangan anak-anak tuhan (pemerintah). Aku tau harapan hanya bisa terwujud melalui kehendak Tuhan bukan dari anak Tuhan. Tak berani lagi mereka manaruh harapan bagi mereka yang mengalir darah pada dirinya, kepercayaan telah runtuh dalam diri masyarakat.
Aku adalah mereka yang tak sama, menahan kemarahan atas apa yang terjadi, namun tak sanggup melawan. Melawan sama dengan memberontak padahal kami hanyalah meminta hak bukan merengguk hak. sehingga kami tersudutkan dengan tindakan itu, apa salah kami yang ingin seperti kalian yang tersentuh tangan-tangan anak tuhan (pemerintah). Bukan aku yang memilih terlahir dari seseorang yang berambut kriting, berkulit hitam. namun kenapa aku beda pemenuhan hak kebanyakan orang di negaraku.
Masyarakat kampung Naramasa menaruh harapan pada anak-anaknya untuk menciptakan keadilan merata kepada seluruh masyarakat yang bernegara ketika dunia dalam genggamannya, namun apalah daya, pendidikan seadanya, kesehatan semaunya. Entah sampai kapan kami begini, sampai kapan dunia berpihak pada orang-orang yang kecil seperti kami ini. jawabannya hanya Tuhan yang tau….