(Rumah di Pinggir Sungai Kapuas)
“Kalau kemanusiaan tersinggung, semua orang yang berperasaan dan berfikiran waras ikut tersinggung, kecuali orang gila dan orang yang berjiwa kriminal, biarpun dia sarjana”
Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia
Emang yaaaa, Eyang Pram nih selalu menohok kalo nulis. Beberapa waktu ada di sini jadi berasa ternyata, masih harus belajar menjadi manusia yang manusiawi. Manusia yang memanusiakan manusia.
Ini beneran sulit sih. Memanusiakan manusia, memperlakukan seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan sebagai seorang manusia, kalau gak suka nunggu, ya jangan telat, kalo gak suka diboongin, ya jangan boong, kalo gak suka berantakan ya jangan suka ngeberantakin. Tapi tentu saja kita gak boleh berharap bahwa orang-orang disekitar kita akan memperlakukan kita sebagaimana kita ingin diperlakukan.
Oleh oleh dari perjalanan beberapa waktu ini, rasanya ada banyak definisi yang perlu didefinisikan kembali. Tentang Kepekaan, tentang bencana, tentang empati, tentang kesejahteraan, tentang kebahagiaan, tentang... Ah susah banget mengontrol mulut untuk gak mempertanyakan banyak hal, trus akhirnya ngomong sendiri, bergumam sendiri. Lalu jadi inget sama kalimat Eyang Pram itu, sebenernya aku beneran punya rasa kemanusiaan gak sih? Aku udah bener belum sih dalam berempati? Jangan-jangan sok merasa aja, tapi ternyata yaaa sama aja kayak yang lainnya.
Semoga pelajaran hidup selama 12 bulan penempatan ini nantinya bisa membuat aku selalu ingat apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang gak boleh dilakukan. Semoga bisa selalu ingat untuk fokus, apa yang seharusnya diperjuangkan.
(Rumah kebanjiran)
(Rumah di Atas Danau Sentarum)