Selama tinggal menetap di desa penugasan yaitu desa Simini, banyak pertanyaan dan beberapa yang penasaran dengan bagaimana kebutuhan pangan selama di pedalaman. “Apakah ada pedagang atau ada tidak kah pasar disana”?. Jawabannya tentu tidakkkk….
Hidup di pedalaman memang membuat kita menjadi manusia yang lebih rajin untuk bergerak karena tidak ada yang instan. Seperti untuk kebutuhan lauk pauk harus mencari langsung ke hutan atau sesekali membeli dari masyarakat yang bersedia hasil tangkapannya dibeli. Kebutuhan sayur mayur terdapat di masyarakat desa sebelah dan sedikit tanaman di depan rumah yang dibuat dalam pot- pot kayu karena menanam langsung di tanah berlumpur tidak bisa dilakukan. Kebutuhan pangan lain seperti beras, minyak goreng, gula dan lainnya dibeli langsung dari pusat kota Agats. Berbelanja ke kota Agats hanya sesekali dilakukan karena biaya transportasi yang dibutuhkan lumayan besar, setara biaya tiket pesawat dari Jakarta ke Labuan Bajo lah :)
Berdasarkan pengamatanku selama tinggal menetap di desa Simini, warga juga sangat jarang mengkonsumsi sayuran. Mereka terbiasa makan sagu dengan lauk ikan atau udang saja. Sayur sangat jarang mereka makan. Ada pun sayur yang biasa mereka makan adalah kangkung liar, tumbuhan paku yang didapat dari hutan dan pucuk sagu saja.
Masyarakat Simini dulunya pernah melakukan kegiatan berkebun, namun hasilnya selalu habis dicuri oleh warga kampung lainnya. Hal tersebut membuat mereka jera untuk menanam sayur. Namun, hal tersebut aku coba untuk bangkitkan kembali. Ya, semangat warga untuk kembali berkebun. Banyak hal yang akan didapatkan dari kegiatan berkebun. Selain untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari- hari warga, diharapkan kegiatan berkebun ini juga dapat menjadi sumber penghasilan warga kedepannya.
Proposal pengajuan bantuan bibit tanaman ke Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Asmat telah disampaikan. Namun nyatanya ketersediaan bibit telah habis dan akan kembali tersedia di bulan Desember nanti. Agar tidak terlalu lama menunggu bibit untuk memulai kegiatan berkebun, aku berinisiatif untuk mendapatkan bibit secara swadaya yaitu meminta bibit dari warga kampung sebelah yang sudah aktif berkebun atau membuat bibit sendiri dari sayur mayur yang telah mengering dan membusuk dan selebihnya bibit aku beli dari kota Agats.
Saat ini untuk tahap awal, warga terutama para mama sangat antusias untuk membuka lahan dan membuat bedeng tanaman. Mereka senang memiliki kegiatan yang bisa dilakukan selain mencari ikan dan pangkur sagu. Kegiatan berkebun ini mungkin terdengar sederhana untuk kita yang berada diluar Papua. Namun, untuk menumbuhkan kebiasaan berkebun ini sedikit sulit dan banyak kendala. Warga Asmat yang secara turun temurun berprofesi sebagai pemburu dan peramu akan sangat sulit menerima hal yang menurut mereka baru. Sebelumnya mereka pernah melakukan kegiatan berkebun dan dalam waktu sekejab saja mereka meninggalkan kegiatan tersebut. Semoga di kegiatan berkebun kali ini warga akan terbiasa dan tetap melakukan kegiatan berkebun ini bahkan saat nanti aku sebagai Patriot yang bertugas di desa mereka kembali dan meningggalkan kampung :( ;(