Air dengan membawa sebuah kunci dengan semangat keluar rumah, "Mau bunyikan lonceng kak", jawabnya ketika kutanya dia hendak kemana. Lima menit kemudian terdengar bunyi lonceng hingga belasan kali dari gereja yang bunyinya memenuhi seluruh desa. Aku membayangkan Air dengan senyum sumringahnya melakukan tugas mulia itu. Dari atas balkon kunikmati suasana hari Minggu pagi pertama di desa ini.
"Minak, besok Ala puasa ndak apa kah?", tanyaku pada Minak ketika kita melingkar makan malam. "Puasa Senin kah, La? Tentu, ndak apa bah, La". Seketika mereka langsung sibuk berbincang menyiapkan bagaimana sahur dan buka puasaku. Sepotong ikan goreng (bagian ekornya) dan sayur pare yang kami santap disisakan Minak untuk sahurku besok pagi. Bahkan mereka sudah sibuk memikirkan menu buka puasaku. Ya Tuhan, ini romantis sekali. Semakin hari aku terharu semakin banyak.