“Berburu” terdengar tidak asing di telinga. Kata yang sering keluar pada buku sejarah semasa sekolah. Seakan sudah terjadi puluhan bahkan ratusan tahun lalu yang dilakukan oleh manusia terdahulu. Kenyataannya, sampai sekarang kegiatan tersebut masih ada di Indonesia dan banyak dilakukan oleh masyarakat pedalaman. Oke baik, sebelumnnya perkenalkan saya patriot yang ditugaskan di Teluk Wondama Distrik Naikere Kampung Yawore. Masyarakat disana bekerja sebagai pekebun, akan tetapi masih banyak anak muda dan bapak-bapak yang berburu untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Jika hanya mengandalkan kebun, masyarakat masih memiliki waktu luang yang sangat banyak. Masyarakat masih banyak melakukan kegiatan berburu karena di kampung mereka hanya mengandalkan sumber makanan dari hasil kebun dan berburu.
Semua bermula dari perbincangan patriot dengan beberapa masyarakat, hingga akhirnya kami membicarakan hal-hal mengenai berburu. Tidak menunggu lama patriot penasaran dan mencoba untuk ikut berburu dan mengambil jerat di hutan belantara. “Sa bisa ikut berburu kah bapak?” kata patriot, yang awalnya seperti ragu-ragu untuk mengiyakan. Tetapi patriot terus mencoba meyakinkan ke bapak “tidak apa-apa bapak, sa biasa masuk hutan banyak lintah jadi su biasa” kata patriot. “Oh ya sudah mari nanti sama-sama ambil jerat dan berburu.” kata Bapak Otis. Sebelumnya, masyarakat setempat telah mempersiapkan peralatan yang harus dibawa ketika berburu ke hutan. Peralatan tersebut seperti parang, sepatu, tali, dan tombak.
Perjalanan menuju hutan dimulai dengan menaiki kendara hilux (mobil kampung). Kami berangkat dari kampung menuju titik pinggir jalan lalu berhenti untuk turun dan masuk ke hutan. Jalanan menyusuri hutan belantara sangatlah menantang. Tidak tampak dengan jelas jejak jalur manusia. Mungkin saja jika masyarakat luar masuk kedalam hutan, mereka sudah tersesat tanpa tahu arah pulang. Banyak lintah disepanjang jalur sehingga banyak juga yang menempel dikaki. Oleh karena itu, jika ingin berburu hendaknya memakai sepatu untuk melindungi kaki dari hal-hal yang tidak diinginkan. Jarak yang ditempuh lumayan jauh. Kami menghabiskan waktu +/- 1,5 jam perjalanan untuk sampai di titik jerat yang pertama. Sangatlah malang nasib kami hingga tidak ada rusa yang tertangkap dalam jerat tersebut. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju jerat selanjutnya. Alhasil dapat seekor rusa remaja yang cukup besar. Keadaan rusa masih sehat dan dipastikan rusa tersebut terkena jerat pada malam hari sebelumnya. Biasanya masyarakat memasang jerat dalam rentang waktu 2-5 hari kemudian barulah diambil. “Wow masih ada ya masyarakat sampai sekarang yang berburu, bukankah itu dilakukan pada manusia terdahulu” ucap patriot dalam hati. Masyarakat langsung mengambil batang kayu untuk memikul rusa kembali menuju kampung.
Hasil buruan sangatlah bermacam-macam, seperti rusa, babi hutan, kasuari, lau-lau, kanguru papua, dan bahkan kanguru ekor panjang. Agak terdengar asing hewan lau-lau dan kanguru ekor panjang. Patriot berbincang-bincang dengan masyarakat untuk mengetahui informasi terkait hewan tersebut. Ternyata dua hewan tersebut memang mirip kanguru papua, hanya saja yang membedakan adalah ukuran tubuhmya. Lau-lau memiliki ukuran tubuh yang kecil sedangkan kanguru ekor panjang berukuran besar. Ini merupakan pengalaman yang luar biasa bagi patriot. Patriot telah berkesempatan untuk bisa melakukan kegiatan berburu. Mungkin jika bukan ditugaskan disini, kegiatan berburu hanya bisa dibayangkan seperti cerita-cerita dibuku sejarah saat dibangku sekolah. PATRIOT..... INDONESIA!!!