Yang dulu pernah makmur kini menjadi harapan. seperti namanya Desa Lembah Makmur, dulu pada masa awal-awal Transmigrasi Desa Lembah Makmur atau yang biasa dikenal dengan nama Tibombo ini memiliki hasil bumi yang mampu mensejaterahkan masyarakatnya pada waktu itu yang menjadi primadona dari hasil alam desa ini adalah coklat tetapi hanya berjalan beberapa waktu karena coklat sudah tidak mulai produktif lagi sehingga sangat berpengaruh besar terhadap ekonomi masyarakat. Setelah itu masyarakat terus berusaha dan mencari tanaman apa yang cocok untuk di tanamin namun hasilnya tetap saja nihil, tidak ada benar-benar tanaman yang bisa tumbuh subur dan awet dalam jangka panjang sehingga ekonomi masyarakat mengalami kemerosotan yang cukup signifikan sehingga banyak masyarakat dari Desa Lembah Makmur memilih pindah atau mencari daerah lain untuk ditinggali yang dapat membantu keberlangsungan hidup.
Masalah ini cukup serius jika terus dibiarkan, lama kelamaan desa ini hanya akan menjadi cerita apalagi anak-anak muda nya memiliki kecendrungan dan pola pikir “lebih baik mencari perkerjaan diluar dan mau ngapain kalau tinggal di desa” sehingga desa kekurangan SDM yang mau berpikir dan berinovasi untuk problem yang di hadapi oleh daerah nya.
Harapanya semoga ada penyuluhan, pelatihan dan pendampingan terkait bidang pertanian di desa lembah makmur ini dari pihak yang ahli apalagi desa ini terbilang aktif untuk kelompok tani baik kelompok tani untuk bapak-bapak maupun kelompok wanita tani untuk ibu-ibu. Pembagian bibit memang aktif dilakukan oleh dinas pertanian daerah tapi tanpa penyuluhan dan pendampingan berlanjut tidak akan meghasilkan masyarakat yang inovatif dan maju, bahkan tidak memiliki perubahan.
Sekarang masyarakat desa lembah makmur hanya menanam nilam, jagung dan beberapa jenis palawija tetapi hasilnya pun kurang begitu memuaskan seperti nilam yang sampai tiga kali panen lalu menguning dan mati, jagung yang tidak begitu sehat sehingga pohonnya kecill-kecil dan pedek, dan begitupun dengan jenis tanaman lainnya.