Rambu merupakan panggilan atau sebutan sehari-hari untuk kaum perempuan. Sedangkan panggilan untuk kaum laki-lakinya yaitu Umbu. Jika dipanggil dengan sebutan Rambu dan Umbu maka itu adalah sebaiknya panggilan di Sumba. Dan terkadang untuk menghormati seseorang juga pakai panggilan Umbu dan Rambu.
Ada suatu tradisi untuk balita atau anak-anak di Sumba untuk berhenti menyusu dari ibunya yaitu dengan “disoleh” oleh keluarga lain. Artinya, di saat anak-anak mau berhenti menyusu maka akan dititipkan pada keluarga, supaya tidak ingat untuk menyusu dan mengajarkan berpisah dari orangtua, serta mengajarkan untuk bersosialisasi dengan oranglain. Rambu Indri hanya disoleh oleh ibunya sendiri, sehingga ketika Ibunya pergi maka dia akan menangis dan merengek-rengek untuk diajak bersama.
Rambu Indri merupakan gadis kecil yang berusia sekitar 7 tahun, dan sedang duduk di bangku pendidikan kelas 1 SD Tamma. Meskipun baru berusia 7 tahun, tetapi Rambu Indri sudah memiliki kecapakan literasi, yaitu sudah mampu membaca dengan lancar, mampu menulis dengan rapi, mampu berhitung dengan baik untuk tingkatan usia kelas 1 SD. Serta mampu berkomunikasi lancar dengan Bahasa Indonesia, meskipun terbatah-batah tetapi dia bisa merespon setiap apa yang saya sampaikan kepadanya. Hal ini disebabkan sedari kecil orangtua sudah mengajarkan, dan Rambu Indripun bersemangat untuk belajar.
Rambu Indri anak yang ceria, bersemangat, pintar, dan penyayang kepada adiknya, hanya saja jika kumat penyakit marah dan menangisnya maka marahnya bisa mengeluarkan makian yang tidak baik daalam bahasa Sumba dan menangisnya waauu keras sekali serta lama. Meskipun memiliki sifat demikian, tetapi dia anak yang baik, dan patuh kepada orangtuanya.
Rambu Indri hari itu ikut bersama saya dan keluaga piara ke sawah pada saat hama belelang menyelimuti langit desa Tamma. Dengan inisiatif dan polosnya dia berkata kepada saya “Kaka sa boleh ikut ke sawah?” Lalu saya jawab “boleh, tetapi tanya dan kasih tau Mama Rambu Indri dulu, supaya nanti tidak cari-cari na”. “Iya Kaka, mama su tau” jawab Rambu Indri. Sesampainya di sawah, dia membantu saya dan keluarga piara untuk mengusir belalang yang hinggap di padi. Dia tidak takut kakinya luka ataupun tertusuk duri, dan dia dengan lincah berlari, berjalan kesana kemari di pematang sawah. Meskipun saat itu kami capek usir belalang, tetapi dengan melihat Rambu Indri semuanya jadi tersenyum dan tertawa melihat tingkahnya.