Tepatnya tanggal 9 November 2021 saya memulai perjalanan seorang diri menuju sebuah kabupaten di ujung Pulau Timor Provinsi Nusa Tenggara timur. Dengan bermodal keberanian serta skill yang telah diajarkan selama pelatihan, saya memulai pekerjaan sebagai patriot energi dengan melakukan survey awal di 2 desa tepatnya di Kabupaten Belu.
Desa pertama yang saya kunjungi bernama Desa Rafae, sebuah desa yang berada di Kecamatan Raimanuk dengan total jumlah jiwa sebanyak 1800 orang. Desa Rafae merupakan salah satu desa dengan jumlah kk terbanyak. Wilayahnya pun berada di pinggiran jalan lintas antar Kota Atambua dan Kota Betun.
Pertama kali melakukan survey di desa ini, saya merasa cukup beruntung, karena bisa hadir diantara orang-orang yang sangat baik. Ibu Gen, sekretaris desa sekaligus ibu angkat yang mempersilahkan saya untuk tinggal di rumahnya selama beberapa hari. Sebagai seorang yang bukan siapa-siapa dan datang secara tiba-tiba, Ibu Gen tetap memperlakukan saya dengan baik. Terlebih lagi pada saat itu saya datang sendiri dan hanya bermodalkan kepercayaan mereka saja. Ibu gen sudah seperti ibu angkat bagi saya, dia menyiapkan saya makanan serta semua kebutuhan sehari-hari. Bahkan sampai waktu tidurpun, beliau selalu menemani saya. Bukan hanya beliau, tapi juga semua anggota keluarganya sangat menerima saya. Bahkan pada saat saya akan pergi dari desa itu pun, satu keluarga mereka mengantarkan saya menuju desa berikutnya, yang jaraknya lumayan jauh. Sesampai disanapun, Ibu Gen menitipkan saya kepada masyarakat desa, seperti halnya seorang ibu yang sedang melepas kepergian anaknya.
Desa selanjutnya yaitu Desa Maudemu, Kecamatan Lamaknen. Desa ini awalnya cukup sulit untuk dicari, karena letaknya cukup jauh dari desa lainnya, dan juga tidak bisa diakses lewat google map, karena di sekitar sana sulit untuk menjangkau sinyal. Desa Maudemu terletak di kaki gunung Lakaan. Pemandangan yang sangat indah, berupa perbukitan dengan suhu udara yang cukup dingin. Di desa ini, saya juga tinggal menetap selama 1 minggu di rumah warga, yaitu rumah Bapak Lori yang juga perangkat Desa Maudemu. Seperti halnya Ibu Gen, Bapak Lori dan keluarga sangat baik dan menerima serta memperlakukan saya dengan baik selama tinggal di rumahnya. Saya juga diajak jalan-jalan sambil berkenalan dengan banyak orang disana. Berada di sini berasa seperti saya sudah tinggal cukup lama, karena masyaratnya yang sangat rendah hati dan memperlakukan saya layaknya keluarga.
Walaupun pada akhirnya tidak live-in di dua desa tersebut, tapi saya cukup bersyukur bisa berkenalan dan pernah menjadi bagian dari mereka. Suatu pengalaman yang sangat berharga, bisa merasakan berada di lingkungan yang bermacam-macam, bertemu dengan banyak orang, serta merasakan cerita hidup mereka.