Yang pertama namanya Sipora, seorang anak perempuan yang mungkin berbeda usia hanya 4 tahun dibawah saya. Dia adalah teman pertama kali saya ketika menuju ke desa. Salah satu dari sekian banyak anak-anak hebat yang saya kenal selama saya di Papua. Dia bisa melakukan banyak hal, menjaring kepiting, udang, menangkap ciput, tokok sagu, memasak, putar papeda berkebun dan banyak lagi. Perempuan serba bisa. Sosok ramah dan baik hati. Dia selalu cerita ingin menikah dengan mas-mas Jawa yang baik, sabar tidak suka minum-minum atau pukul istri.
Sipora adalah salah satu teman jalan saya selama di desa. Waktu ingin menuju ke bendung di dalam hutan dia yang menemani, waktu ke desa tetangga juga dia yang menemani berkeliling. Bahkan jika ada yang usil dia juga yang langsung pasang badan di depan saya.
Sore itu, saya dan Sipo sedang berjalan-jalan menuju ke jembatan ketika berada di kampung sebelah tiba-tiba ada anak laki-laki yang memanggil saya. Waktu itu saya tidak terlalu jelas mendengar apa yang orang itu bilang. Sepulang dari jembatan tiba-tiba Sipo mendatangi anak laki-laki itu.
“Eh ko jangan panggil-panggil Kakak Dila, Kakak Dila itu sudah pu laki tentara”
“Betul?” tanya anak laki-laki itu
“Iyaa toh” jawab Sipo cepat.
Selepas itu kami langsung kulang ke rumah, waktu itu Sipo sempat bilang
“Tadi saya bilang itu supaya besok-besok Kakak Dila tidak diganggu sama dong”.
Yang kedua Yanti Murmana. Selain Sipo, teman jalan saya juga adalah Yanti, selama saya di kampung jika Yanti ada, dia selalu menemani kemana-mana, mau ke pantai ke jembatan, ke kali, ke kampung tetangga dan sebagainya.Yanti seumuran dengan Sipora, teman saya selama penugasan bahkan satu rumah, Yanti adalah keponakan dari Mama Jawa. Seperti Sipora dia juga sangat mandiri. Di kampung hampir semua anak perempuan itu mandiri dan serba bisa melakukan banyak hal.
Saat ini Yanti sedang berada di Fakfak untuk melanjutkan kuliah, dia bercita-cita ingin menjadi guru. Yanti memiliki minat yang sangat tinggi terhadap pendidikan. Setelah tamat SMA Yanti tidak langsung melanjutkan ke bangku perkuliahan dia harus bersabar dulu dikarenakan terkendala biaya. Selama masa menunggu selama setahun tersebut Yanti sibuk menjaring kepiting, udang atau sesekali berkebun Pala. Bagi Yanti pendidikan adalah salah satu modal penting untuk mengubah masa depan.
Untuk Sipora dan Yanti Terimakasih selama masa penugasan sampai akhir penugasan senantiasa menjadi salah satu teman cerita saya sekaligus teman jalan saya di kampung.