Melakukan kegiatan live in di Desa Waimanu dengan seorang induk semang yang merupakan penjaga kampung situs merupakan sebuah berkat. Kampung situs yang di bawah naungan tanggung jawab seorang perempuan bernama Lusia Rambu Ladu Bana adalah Kampung Padabar. Kampung tersebut merupakan asal tempat tinggal dari Ibu Lusi.
Lusia Rambu Ladu Bana/ Penjaga Kampung Situs Padabar
Kampung Padabar merupakan kampung kramat di Desa Waimanu karena kampung tersebut dipercayai memiliki pagar batu yang tidak sembarang orang jahat bisa memasuki. Rantai babi yang berupa emas (tidak ada dokumentasi) yang kabarnya melindungi kampung tersebut seketika bisa muncul di rumah Rato Adat (Bapa Siwa Jorumana) dalam kondisi tertentu dan rantai babi tersebut akan hilang dengan sendirinya. Di dalam Kampung tersebut terdapat 2 Rumah Besar yang Keramat, tidak boleh sembarangan memasuki rumah (harus mematuhi aturan dan perbedaan pintu masuk untuk pihak tamu dan keluarga).
PETA KAMPUNG PADABAR
Kampung Padabar terletak di sebuah kawasan bukit. Batas utara berupa Kampung Praikomus, Batas Selatan, Barat dan Timur berupa Kebun Warga. Bila diukur melalui Google Earth, luas Kampung Padabar sekitar 11.974 m2. Di dalam kampung terdiri 17 dari kompleks tanah yang 10 di antaranya sudah dibangun rumah. Selain perumahan, di bagian tengah kampung dipenuhi dengan kompleks batu kubur leluhur warga kampung Padabar serta juga tempat dimana mereka akan dikubur.
Penamaan rumah, kompleks tanah, objek kramat di Kampung Padabar direpresentasikan oleh gambar berikut:
Jalan menuju Kampung Pabadar
Gerbang Masuk Kampung Padabar
RUMAH SEMENTARA (UMA MARAPU)
RUMAH SEMENTARA (UMA KAHI)
TANAH UMA KAHI
UMA MARAPU
TANAH UMA NUKU
UMA DORU
UMA MBUA
ANA UMA
BATU KUBUR, KAYU ADONG:
MERAH: ADONG PEREMPUAN
KUNING: ADONG LAKI-LAKI
BIRU: SIMBOL BATU KUBUR
UMA JARAWATU
UMA WUAMERAU
UMA BINA KERBAU
UMA BAKUL
TANAH c: UMA KABOKU, d: PADANGI PARI
UMA LUBU KAPULUT
UMA LUBU MUDI
TANAH UMA LUBU PIDI
?
GERBANG BATU BELAKANG (Menuju Kampung Praikomus)
Rumah Besar Keramat di Kampung Padabar terdiri dari Uma Kahi dan Uma Marapu. Suku di Kampung Padabar terdiri dari Suku Anabura, Suku Tapoupu dan Suku Wairasa. Pada awal terbentuknya Padabar terdiri dari 3 buah rumah, “Goi tilu goi Uma Tilu Batu, dama wagiya na letina dida woliya madamu tapaledi ta kangali takabata hebu ana wula heri ana ladu”. Sampai pada saat ini jumlah rumah sebanyak 10 rumah dengan wilayah Padabar sebagai RT 1 dengan jumlah 16 KK yang terdiri dari 89 jiwa (42 Laki-laki dan 47 Perempuan).
Adong merupakan monument batu yang terbuat dari kayu. Menurut Rato Adat, monumen kayu tersebut merupakan tanda dimana kepala pahlawan jaman dulu dari Kampung Padabar dikubur. Monumen kayu tersebut tidak boleh sembarang diperlakukan dan bila ingin memantrai sesorang maka Rato Adat akan mendatangi Adong dan membuang sirih pinang bahkan bisa juga memotong ayam hitam di tempat Adong tersebut ditancapkan.
Pohon Kramat juga merupakan salah satu objek mistis di kampung Padabar. Pohon tersebut terletak di belakang rumah sehingga tidak terlihat bila diambil gambar dari dalam kampung. Pohon tersebut biasa digunakan warga Kampung Padabar bahkan warga desa Waimanu untuk mengobati sakit-sakit. Bagian yang digunakan dari pohon kramat tersebut umumnya adalah kulit pohon (biasa dicampur air hangat untuk mandi), dioles, ditempel dan bisa juga dimakan.
Batu Kubur Kramat (tempat tidak terdeteksi) di Kampung Padabar terdapat 2 buah. Pertama di sekitar bagian depan kampung, dimana batu kubur tersebut tidak boleh diinjak dikarenakan bentuk penghormatan kepada leluhur/ pahlawan yang dikubur. Batu kubur kedua terletak di sekitar ujung utara kampung. Batu kubur tersebut menurut ceritera, batu kubur tersebut merupakan batu kubur rato adat yang terbelah dikarenakan tanaman, seketika tanaman tersebut dibersihkan, batu kubur tersebut tertutup kembali dan tidak ada bekas belahan.
Peninggalan lainnya berupa Gerabah tempat air, Gong Emas, Perahu dan Tiang bendera merah putih. Selain itu, peninggalan emas-emas dan juga rantai babi yang merupakan kepemilikan Uma Kahi juga ada dan akan dating dengan sendirinya bila Uma Kahi (rumah adat bukan rumah sementara) sudah dibangun. Pembangunan rumah adat yang memiliki proses ritual yang khas dan khusyuk memiliki nilai mistis yang tinggi.
Kejadian penting di Kampung Padabar adalah kebakaran kampung. Kebakaran tersebut terjadi sekitar tahun 80-an. Kebakaran tersebut memakan seorang korban jiwa yaitu anak kecil dan menghanguskan benda kramat seperti (toda (alat perlindungan diri untuk perang), tombak kuno, senjata untuk berburu dan senjata untuk berperang). Pada tahun 1982, kegiatan rekonstruksi dilakukan, rumah-rumah alang mulai dibangun. Perpindahan budaya dalam penggunaan seng sebagai atap rumah terjadi pada tahun 2003.
Kebiasaan warga masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari merupakan ciri khas adat Sumba. Dalam melaksanakan prosesi pernikahan hingga kematian pun warga Kampung Padabar tidak pernah melewatkan acara adat dan selalu menghadirikan Rato Adat untuk memimpin.
Kampung Padabar yang telah dikunjungi oleh Dinas Pariwisata Kabupaten, Dinas Pairiwisata Provinsi dan Mahasiswa UGM berpotensi untuk dikembangkan dan dijadikan sebagai objek wisata. Mengingat pendapatan Desa Waimanu pada tahun 2022 senilai Rp. 0,00 maka ke depannya diharapkan potensi objek wisata seperti Kampung Padabar bisa dijadikan sumber pendapatan desa.