Gerimis hujan pagi itu mengiringi semangat pagi untuk nelayan di Pulau Sagori untuk memetik harapan dan asa di biru laut, iringan bocah – bocah berlari lincah membantu mendorong kapal kecil nelayan yang biasanya di sebut bodi – bodi, dorong - dorong suara itu berirama dengan semangat bocah – bocah mengiring kepergian orang tua mereka yang terus menggerakan roda perekonomian di pulau Sagori, Maklum sebagian besar masyarakat berkerja sebagai nelayan. Berkerja sebagai nelayan bukan hal yang mudah untuk sebagian orang, banyak keterampilan yang harus dikuasai seperti: memanah, menyelam, memancing, mendayung, dan memasang jaring. Pulau Sagori terletak di Sulawesi Tenggara, kabupaten Bombana kecamatan Kabaena Barat, kelurahan Sikeli. Letak Pulau Sagori berada di sebuah pulau kecil dengan luas 3 km di huni 123 KK dengan jarak 15 mill dari Pulau Kabaena.
Untuk mendapat ikan yang besar bukan hanya perihal tentang umpan yang bagus, tempat ikan yang banyak, akan tetapi ada yang perlu di perhatikan dalam memancing yaitu membuat simpul pada kail pancing, terlihat sederhana tapi tidak semua orang mengerti bahwa ada filosofi yang kuat dari simpul yang di buat. Setiap ikatan memiliki seribu makna yang berarti bagi yang bisa mengmabil pelajaran dari sebuah simpul kail, Bapak Larifu bercerita tentang sebuah simpul kail : simpul nya lemah ikan bisa saja lepas, jika simpulnya salah dalam mengikat, arah kail juga salah seperti pancing yang melengkung keatas , atau tali pancing yang rusak, dan simpul yang lemah menyebabkan tali mudah putus ketika di tarik ikan besar, begitu juga sebalikanya jika simpul yang dipasangkan dengan kail dengan benar detail dan rapi ketika kail di masukan kedalam air, arahnya kail benar, ikatanya kuat, tidak mudah putus atau kusut. Makna kehidupan yang dapat di ambil dari sebuah simpul kail seperti penjabaran bapak larifu. Hidup itu haruslah memiliki ikatan yang kuat terhadap pencipta ada yang perlu di perhatikan dari hubungan manusia dan pencipta biar hidup memiliki arah dan kekuatan, kita juga sebagai manusia haruslah paham akan makna ikatan dengan sang pencipta, akan perintah yang harus dikerjakan dan larangan yang harus di di jauhkan. Prinsip hidup seperti inilah yang di pegang sebagian nelayan Pulau Sagori, rasa syukur akan tangkapan yang di dapat walau dalam jumlah terkadang tidak sesuai dengan tenaga yang di keluarakan, rasa cukup dan kesederhanaan lah yang mencukupi mereka, tidak banyak mengeluh dan terus berkerja untuk roda perekonomian yang terus berputar dan harapan akan hari esok lebih baik.
Teduh cuaca bagi itu mengiring langkah kaki ibu – ibu di pulau Sagori untuk menyusuri periran biru, pasir putih dan ikan – ikan kecil yang lincah berenang riah dibawah kaki mereka. Gurita adalah hewan Molusca yang memiliki 8 lengan dengan alat penghisap berupa bulatan bulatan cekung pada lengan yang yang digunakan untuk bergerak didasar laut dan menangkap mangsa hewan ini juga memiliki bentuk tubuh yang elastis dan suka bersembunyi di celah celah karang.
Ditemani besi panjang yang ujung terdapat pengait runcing serta tajam, mata itu terus memandang tajam dan jeli kedalam permukaan air laut, berharap melihat sosok gurita yang dicari, biasanya gurita suka bermain di laut dangkal di pagi hari dan bersembunyi di celah batu karang. Ibu ibu di Pulau memiliki rutinitas setiap pagi di bawah teduhnya air laut, mencari gurita adalah perkerjaan sehari – hari mereka, besi panjang dengan pengait yang tajam digunakan untuk menangkap gurita yang bersembunyi di dalam karang. Biasanya juga nelayan mencari gurita di kedalaman 2-3 meter, nelayan menyelam mengadalkan napas panjang mereka, beradu nasib dari alam yang menyediahkan kebutuhan mereka, semakin dalam menyelam semakin banyak gurita yang didapatkan terkadang nelayan bisa mendapat gurita 6-10 gurita dengan berat bisa mencapai 6-8 kg terkadang juga nelayan mendapat gurita dengan jumlah kecil. Ibu – ibu memiliki peran ekonomi dalam menangkap gurita walaupun jumlah tangkapan lebih sedikit dari nelayan yang menyelam. Ketika lagi beruntung dan musim gurita ibu - ibu bisa mendapat banyak gurita 5-10 gurita tetapi kadang hanya dapat 1 sampai 3 gurita kadang tidak dapat sama sekali, Dengan lama pencarian 3 sampai 4 jam . Hasil tangkapan gurita biasanya di kumpul atau di jual langsung dengan pengepul yang ada di kampong dengan harga kisaran harga 60 ribu keatas tergantung ukuran yang di dapat, semakin besar gurita semakin mahal harga yang di dapati. Alam begitu banyak menyediahkan kebutuhan untuk untuk penghuninya mengajarkan bagaimana untuk hidup didalamnya semakin mengenal alam semakin banyak rasa syukur kita sebagai manusia.
Mendayung suatu keahlian yang sangat perlu di kuasai oleh nelayan, baik dia perempuan maupun laki - laki harus bisa mendayung, sebagai penunjang utam moda trasfortasi laut yang mereka gunakan sehari - hari. Walaupun sekarang kapal sudah menggunakan mesin dalam pergerakan tetap saja mendayung harus bisa dan tetap terpakai. Keahlian mendayung menjadi paktor penentu dalam memakirkan kapal nelayan secara benar untuk menentukkan arah dalam melawati tiang tiang rumah, para nelayan biasa memakirkan kapal didepan rumah atau dibawah rumah mereka yang terdapat di atas permukaan air laut.
Untuk bisa mendayung para nnelayan belajar dari sejak kecil dengan bermain kapal – kapal kecil yang biasa mereka gunakan saat bermain air laut atau memancing mengunakan bodi bodi ( kapal kayu). Dalam mendayung juga tidak asal - asalan, nelaya harus tau arah arus serta arah letak kemudi kapal, dan kuat atau tidak mendayung, kelihatan sangat mudah tetapi ketika orang awam seperti saya mencobanya sangat menguras tenaga, karena arah kapal yang aku gunakan tidak sesuai seperti apa yang yang saya pikirkan tapi sangat mengasikan belajar sambil bermain bersama nelayan Pulau Sagori yang baik. Walaupun bodi bido hanya memutar di mutar dengan arah tidak berarah.
Kekayaan yang dihasilkan alam laut yang diberikan alam sangat banyak dan tidak terbatas, banyak sekali ikan yang di dapat nelayan pulau Sagori akan tetapi harga yang di jual sangatlah murah dan tidak sesuai dengan apa yang telah di keluarakan akan tetapi, rasa sederhana syukur tetap di panjatkan kepada tuhan atas rezeki yang di beri. Tidak banyak mengeluh dan terus mencari ikan, dengan harapan selalu bahwa hidup kedepan lebih dari hari – hari sebelumnya.
Hasil ikan di Pulau Sagori di jual ke pengepul yang berada di pulau Sagori kemudian akan dibawah ke Pulau besar dan di jual ke pengepul selanjutnya dari pengepul selanjutnya baru di jual ke kota - kota besar seperti Kendari dan Makasar disana ikan di Pulau Sagori di olah menjadi makanan di jual berkali - kali lipat dari harga awal. Harga ikan yang di jual di kota sangatlah terbalik dengan harga ikan dari nelayan bisa 3x lipat dari harga awal. Setelah ikan di jual ke restoran dan di olah menjadi makanan lezat harga sangat lah mahal dan berkelas. Ironi kehidupan nelayan sangat berbeda, nelayan hidup ddengan sederhana bersama alam dan menikmati uang dari hasil menjual ikan.