Bulan Maret menjadi awal bulan yang menurut saya sedikit berbeda. Tingkat covid-19 di Ppau terkusus di Kabupaten Mappi melonjak seketika. Saya menjadi salah satu pasien yang harus mengikuti masaisolasi Covid-19 di Titik. Lokasi yang menjadi tempat isolasi pasien covid-19 ini berada ditengah hutan Papua. Tidak ada sinyal internet dan listrik menyala menggunakan genset dengan waktu hanya 20 jam. Baru kali ini saya merasakan isolasi yang sangat terisolir dari keramaian. Tidak ada suara bising kendaraan bahkan untuk saling sapa dengan pasien lain pun berasa asing. Banyak rencana kerja yang kemudian tertinggal begtu saja. Kondisi sakit di Papua memang terasa kerasnya, selama masa isolasi 10 hari di Titik rasa jenuh dan bosan membuat saya stress apalagi program kerja yang seharusnya dilaksanakan di bulan ini tertunda. Banyak waktu yang kemudian terbuang percuma. Keseharian saya dihaiskan dengan tidur dan berjalan kaki untuk mengusir rasa penat 10 hari terdampar ditengah hutan dan tanpa sinyal internet. Stiap hari kegiatan yang saya lakukan monoton. Tidak ada kesibukan lain selain tidur dan makan. Isolasi di Papua memang memberikan rasa tersendiri untuk saya. Hari ini mungkin menjadi pelajaran bagi saya untuk menjaga kesehatan dan stamina pada saat saya sedang bertugas.

Saatnya kembali kekampung setelah sekian lama terkurung di dunia yang menurut saya sangat memuakan, seperti tidak ada kehidupan semua bejalan sangat monoton tidak ada gairah yang muncul didiri saya ketika saya mebukakan mata.  

Sosialisasi di titik menjadi pengalam bagi saya dan sulitnya akses kesehatan sip papua dan bagaimana harus tetap menjaga stamina selama masa isolasi.

Aku belajar banyak selama masa isolasi betemu dengan banyak oang setidaknya sedikit mengobati luka akan rindu dengan kampung halaman. Aku mencoba tetap waras selama masa isolasi, tidak ada intenet ataupun sinyal untuk telephone. Semua serba terbatas, makanan dan obat-obatan teratas.