Perkenalkan nama koordinator wilayah Papua satu adalah Suriadi. Pagi itu pada tanggal 8 Juli 2022 sekitar pukul 05.00 WIT Mas Suriadi sedang tidur, saya membangunkan dia untuk segera ke lokasi parkiran longboat karena longboat yang akan kami tumpangi segera berangkat. Ketika bangun dengan ia langsung bertanya “bang, benar kita jadi berangkat?”, “iya mas” jawab saya. “Inikan sedang hujan” lanjutnya. “ini lagi musim timur sehingga hujan terus setiap hari dan kita tidak tahu kapan redahnya” jawabku.
Kami menumpang longboat dari Kampung Sarya, ombak di lautan cukup ganas sekitar 2meter tingginya membuat longboat miring kiri, miring kanan, naik dan turun mengikuti arah ombak. Kami menikmati perjalanan ini, mulai dari Kota Kaimana hingga ke Kampung Sarya kami mandi hujan dan mandi laut (ombak yang besar sehingga air laut masuk ke dalam longboat membasahi kami). Sesampainya di Kampung Sarya kami beristirahat di rumah pemilik longboat, karena air lagi surut sehingga mereka meminta untuk sore baru diantar ke Bakuara (rumah singga 1) dengan pakaian basah kami beristirahat hingga pakaian yang kami pakai kembali mengering di badan. Akhirnya sekitar pukul 17.00 WIT kami diantar ke Bakuara dan bermalam di Bakuara. Keesokan harinya sekitar pukul 06.00 WIT kami berdua melanjutkan perjalanan ke Kampung Oray dengan berjalan kaki, selama perjalanan saya mengikuti alur jalannya Mas Suriadi maklum baru pertama kali ia berjalan kaki sejauh ini dan tidak menggunakan alas kaki, walaupun cape dan kakinya sakit tertusuk duri namun ia tetap berjuang untuk berjalan dengan semangat patriotnya sehingga tajamnya duri, tajamnya batu, licinnya jalan, melewati lumpur, melanggar sungai, mendaki bukit dan menaiki batang pohon yang menghalangi jalan ia tetap semangat. Hari itu kami berjalan dibawah guyurnya hujan tanpa memakai jas hujan karena medan yang terjal harus melewati tebing dan jurang dan penuh lintah sehingga ketika kita menggunakan jas hujan akan menjadi tidak nyaman dan mencelakai diri kita. Hari pun mulai gelap, sekitar pukul 18.20 WIT kami tiba di bukit Weramba (rumah singgah 3) dan bertemu dengan warga yang memikul seng, mereka tadinya berangkat dari bukit Aswata (rumah singgah 2). Malam itu kami bersama warga menikmati pisang rebus diterangi cahaya api ditungku serta diiringi suara hujan dan burung hantu Mas Suriadi merayakan hari raya Idul Adha, (maaf tak ada daging kurban yang ada daging babi sehingga ia makan pisang rebus sama garam).
Keesokan harinya tanggal 10 Juli 2022 sekitar pukul 08.00 WIT kami bersama warga berangkat dari Weramba menuju ke kampung Oray, sekitar dua jam perjalanan hujan pun kembali turun dan kami mandi hujan lagi. Kaki Mas Suriadi mulai lelah dan sakit sehingga kami sering beristirahat dalam perjalanan, beberapa kali ia jatuh karena kelelahan tak peduli sakit dan luka ia terus bangkit dan berjalan ketika lapar kami mengonsumsi pisang yang sudah dibakar sebelum berangkat. Hujan tak pernah berhenti pandangan Mas Suriadi mulai pudar karena kacamatanya berembun kadang ia harus merangkak seperti anak kecil karena medan yang terjal sebab jika terpeleset maka akan jatuh ke jurang yang sangat dalam. Nampannya ia mulai putus asa tetapi saya dan warga terus menyemangatinya. “Apa pun yang terjadi kita harus sampai di kampung, tidak ada tempat berteduh, makanan dan sumber air jadi mas harus kuat, hari ini walaupun sudah malam kita harus sampai di Kampung Oray” kataku kepada mas Suriadi. Kami terus berjalan hari mulai gelap hujan pun tak kunjung redah tetapi kami belum juga sampai, tak sadar waktu itu sekitar pukul 20.00 WIT tibalah kami di sungai besar tandanya tak jauh lagi dari kampung namun jembatan penyebrangan sudah putus diterjang derasnya sungai akibat hujan. Kami pun berjalan memutari sungai hingga menemui batang pohon yang melintang di atas sungai kami gunakan sebagai jembatan penyebrangan. Sekitar pukul 21.30 WIT dibawa derasnya hujan kami pun tiba di Kampung Oray, Mas Suriadi langsung sujud syukur dan menangis ia mengungkapkan kebahagiaan karena telah sampai di Kampung Oray. Kami pun langsung ke rumah induk semangku, setelah mandi dan berganti kami pun langsung makan karena sudah disedia makanan enak berupa pisang rebus, singkong dan daun pepaya, sambil makan saya berkata “mas inilah makanan kami sehari-hari”. Ternyata ia orangnya cepat beradaptasi dengan keadaan, kami pun ramai-ramai menikmati makan malam diterangi lampu listrik dari APDAL bersama warga sekitar yang hadir. Keesokan harinya kami melakukan inventarisasi APDAL/SPEL, sosialisasi EBT, melihat lahan lokasi rencana pembangunan PLTS, survei Pra FS, diskusi dan kunjung ke rumah-rumah warga bersama kepala kampung, aparat kampung dan masyarakat.
Mas Suriadi harus kembali ke Panaruban secepatnya sehingga keesokan harinya tanggal 12 Juli 2022 sekitar pukul 06.00 WIT kami berdua kembali ke Kota dengan membawa pisang sebagai bekal perjalanan. Selama perjalanan pulang hujan tak pernah berhenti sehingga pakaian basah kering di badan. Kami pun tiba di Kota Kaimana tanggal 14 Juli 2022 sekitar pukul 13.00 WIT dengan pakaian basah karena mandi ombak di laut kami menumpangi ojek ke penginapan dalam keadaan basah kuyup. “Ini bukan survival mas Suriadi, tetapi inilah kehidupan nyata warga Oray dengan medan yang mana nyawa sebagai taruhannya, mereka tetap menikmati dan bersyukur” kataku kepada mas Suriadi.
Terima kasih atas kunjungannya ke Kampung Oray.,
Maaf telah membuat kakimu tak mulus lagi, kacamatamu rusak, tasmu putus di perjalanan, pakaianmu sobek dan penuh noda darah, membuatmu harus jatuh berkali-kali, harus membuat darahmu berkurang karena diisap lintah, harus mandi hujan berhari-hari dalam perjalanan, membuat badanmu sakit karena di banting ombak ditengah lautan.
Maafkan juga karena hanya karena bisa memberimu makan pisang dan daun pepaya sehingga perut Anda sakit ketika makan soto ayam di kota.
Anda koordinator terbaik patriot sejati.,
Warga Oray sangat bahagia akan kehadiranmu walaupun hanya sehari.,
Salam dari warga Kampung Oray buatmu, terima kasih sudah mengunjungi mereka.