Daun Gatal (Laporta Aestuan) pasti sering kita dengar namanya ketika berada di Tanah Papua karena merupakan salah satu tanaman hutan yang kaya akan manfaat terutama dalam bidang pengobatan tradisional. Daun Gatal banyak digunakan sebagai pereda nyeri dan pegal linu dengan cara dioles secara satu arah pada bagian tubuh yang sakit, Daun Gatal juga digunakan sebagai penyembuh luka, demam, digigit serangga seperti lipan, kalajengking, tawon dan masih banyak jenis sakit lainnya.
Ketika Anda berada di Kampung Oray setiap Anda bertamu ke rumah-rumah pasti akan menemukan banyak Daun Gatal yang tersimpan rapi di sudut rumah, sebab obat satu-satunya yang mereka gunakan ketika sakit adalah Daun Gatal. Kampung Oray merupakan kampung pedalaman yang jauh dari Kota Kaimana, untuk mencapai pusat kesehatan kita harus berjalan kaki berhari-hari dan dilanjutkan dengan perjalanan laut menggunakan loangboat. Kampung Oray tidak ada petugas kesehatan sehingga ketika sakit mereka berobat menggunakan Daun Gatal, selama di Kampung Oray saya melihat langsung semua jenis sakit mereka mengobatinya dengan Daun Gatal baik itu demam, malaria, sakit kepala, sakit perut, luka, nyeri, pegal linu, lutut bengkak, digigit lipan, digigit ular, dan lain sebagainya. Saya menyebutnya daun ajaib karena dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Pertama kali saya mengenal Daun Gatal ketika melakukan survei EBT pada bulan November 2021, waktu itu kami berjalan kaki selama tiga hari dari pesisir sampai ke Kampung Oray, saya dikawal enam orang warga serta aparat setiap kali kami beristirahat mereka selalu mengoles daun pada bagian tubuh mereka seperti lutut, betis, pinggang dan bahu. Saya bertanya “daun apa itu?” “ini namanya Daun Gatal, gosok supaya jangan cape dan jangan sakit tubuh kita saat kita jalan nanti” jawab mereka. Saya belum berani mencobanya saat dalam perjalanan, ketika tiba di kampung Oray saya merasa sangat lelah, semua badan terasa nyeri dan sakit kebetulan juga saya tidak membawa obat-obatan dari Kota. Belum sempat beristirahat lama saya langsung diajak mandi ke sungai setelah mandi saya beristirahat sejenak lalu mereka mengoleskan Daun gatal kebagian tubuh saya yang sakit, mungkin baru kali sehingga gatal yang saya rasakan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, saya berlari di tengah Kampung sambil menggaruk-garuk badan warga menonton saya sambil tertawa. Satu menit kemudian gatal mulai berkurang dan badan terasa mulai lebih segar seperti di pijit-pijit. “Ternyata ampuh juga ya, lebih bagus dari balsem atau koyo” kata saya dalam hati.
Selama pulang pergi Kampung Oray Daun Gatal selalu saya bawa. Suatu hari saya sangat terburu-buru untuk kembali ke Kota karena ada jadwal monitoring dan evaluasi bersama koordinator dan teman setem Papua satu karena jalannya terlalu terburu-buru saya mengalami cedera pada lutut dan betis saya, hari sudah mulai gelap dan rumah singgah masih jauh, saya sendirian di hutan tanpa ada yang menemani ingin berjalan lebih cepat tetapi lutut dan betis sangat nyeri dan sakit sampai saya tak bisa jalan, saya beristirahat sejenak sambil mencari Daun Gatal di sekitar, saya mengambil beberapa helai Daun Gatal mengolesnya pada bagian yang sakit satu menit kemudian nyeri mulai redah dan saya pun melanjutkan perjalanan. Mungkin ini rahasia warga Kampung Oray yang kuat jalan kaki.
Terima kasih Daun Gatal telah banyak membantu saya menghilangkan sakit dan capek ketika berjalan kaki.
Saya hanya membayangkan ketika tidak ada Daun Gatal, bagaimana warga Oray ketika sakit? obat apa yang mereka gunakan?
Cukup dibayangkan saja ya teman-teman..