Narasumber : A. Yamin (Kepala Desa ke-2 Desa Sekulat 2009-2015) berdasarkan arsip sejarah Penggawa Selimbau 16 Januari 1978
Dalam naskah lama itu Pangeran Ratu Sintang yang hendak memasukkan Negeri Lima ke dalam wilayah Sintang, maka dalam hal itu berkirimlah sepucuk surat ke negeri Ayahanda di Pontianak.
Sri Paduka M. Abbas Surya Negara berkirim surat ke hadapan Sri Sultan Pontianak, Sri Paduka Ayahanda Sultan Syarif Abdurrahman.
Sri Sultan adalah ayah angkat Sri Paduka M. Abbas Surya Negara.
Beliau mengadukan hal Ikhwal Pangeran Ratu Sintang yang hendak memasukkan atau menaklukan Negeri lima ke dalam wilayah Sintang, dan mendapat jawab dari Sri Paduka Ayahanda Sri Sultan bahwa Kerajaan Pontianak akan ikut membantu mengatasi masalah ini. Akan tetapi belum selesai perkara ini secara tiba-tiba Pangeran Ratu memerintahkan laskar Sintang menyerang ke Kerajaan Selimbau Darussalam. Menghadapi hal ini menteri pertahanan Kerajaan Selimbau Darussalam Pangeran Dipalaga segera mengatur siasat perang yang jitu. Alhasil dipasanglah meriam buluh berjumlah seribu buah. dan selain itu pula dibacakan mantera dan acara ritual pemanggilan jin bala seribu. Beratus -ratus laskar sakti mandraguna berjaga-jaga di batas kota raja, selain laskar panah juga laskar meriam seribu.
Begitu Laskar Pangeran Ratu mulai memasuki batas kota raja maka ditembaklah dengan hujan anak panah dan meriam seribu, dan hasilnya pasukan pasukan itu kocar-kacir berbalik pulang.
Peristiwan ini diabadikan dalam pantun yang berbunyi : PIPIT CERANG CERIT HINGGAP DIUJUNG BULUH, LASKAR SINTANG MUDIT BELAWIT KENA TEMBAK BEDIL BULUH.
Negeri Darussalam ini selamat dari penaklukan, tidaklah mudah menaklukan negeri ini karena banyak para pendekar dan aulia-aulia Allah setingkat Wali yang karomah maunnahnya bisa dibuktikan di zaman ini. Banyak sekali ulama-ulama negeri ini yang dididik langsung di negeri Arab Saudi Makkah Al Mukarramah. dan negeri ini hanyalah mempertahankan haknya maka Allah memberikan rahmat pada hamba-hambanya yang salih yang telah mengharumkan agama Allah di Jazirah Kapuas Hulu.
Pada tahun 1242 Hijriah diadakanlah serangan balik ke negeri Pangeran Ratu berjumlah pasukan 15.000 orang terdiri dari suku Melayu, suku Iban, Kantuk, Punan, Bukat, Kayan, Taman, Undup, Mayan, Embaloh, Pengaki dll. dan hasilnya sukses besar. Pangeran Ratu takluk kepada Sri Paduka Muhammad Abbas dan akhir dari penyerangan itu adalah perdamaian tanpa pertumpahan darah. Pangeran Ratu sadar dan diadakan percampuran persaudaraan dengan meminta kepada Sri Paduka M. Abbas seorang Panglima Selimbau Darussalam yang bernama Panglima Singa Layang untuk dikawinkan dengan wanita dari negeri Sintang.
Pendiri Pertama Kerajaan Selimbau
Diperkirakan berdiri pertama kali pada abad 7 atau 8 masehi jauh sebelum zaman Gajah Mada atau Hayam Wuruk.
Raja pertama bernama Sri Maharaja Abang Bhindu berasal dari swarna Dwipa. Beliau mempunyai permaisuri bernama Ratu Sri Batara ( Dayang Melayu ). Dayang Aji Melayu istri yang sangat cantik dan halus budi bahasanya. Raja Abang Bhindu mempunyai dua ekor ular puaka yang bernama Aban Paka dan Abang Unin. Raja Abang Bhindu beragama Hindu. Dari tanag swarna Dwipa, Beliau membawa tanaman kayu tembesuk yanhg kemudian diperkembangbiakkan di negeri barunya di tanah Penimbau.
Kerajaan Abng Bhindu banyak mempunyai persamaan dengan tanah leluhurnya di Swarna Dwipa. Misalnya pohon Tembesuk sekarang, Ikan Buntah (Tetra odon palembangensis, Ikan Ulang uli (Ikan Macan) jenis sungai dll, labi-labi. Semakin hari kerajaan ini semakin maju sampai pada pemerintahan raja selimbau yang terakhir yaitu Panembahan Gusti Muhammad Osman, Beliau adalah raja yang ke-24 negeri Selimbau Darussalam. Dikatakan sebagai Darussalam karena mempunyai hubungan bilateral dengan Brunei Darussalam dan Aceh Darussalam, serta raja raja selimbau. Darussalam pernah berkunjung ke negeri-negeri darussalam tersebut. Putra Mahkota Selimbau Panembahan Haji Muda Agong Pakunegara pernah tinggal di Kerajaan Siak Riau dan berguru pada Raja Siak Sri Sultan Abdul Jalil Munzafarsyah di Negeri Siak.
Sri Panembahan selimbau akhirnya berhasil membukukan sebuah kitab yang didapat dari kerajaan Siak itu yang bernama KItab Babul Aqli.