Nama Saya Sri Hartati. Walau nama saya "Sri", saya adalah pemudi berdarah Batak yang lahir 25 tahun lalu dan menghabiskan masa kecil di tanah Asahan, Sumatera Utara. Boru Siagian adalah nama keluarga yang diwariskan oleh keluarga saya.
Saya anak ketiga dari lima bersaudara yang kebetulan keseluruhannya adalah perempuan. Keluarga saya adalah tipe keluarga yang protektif dikarenakan adanya stereotip bahwa "menjaga anak perempuan lebih sulit dari pada anak laki-laki."
Sejak kecil hingga lulus sekolah SMA, saya,kakak dan adik saya mendapat perlakuan yg diatur oleh orang tua. Hingga ketika saya lulus SMA, saya memutuskan untuk menentukan jalan hidup sendiri. Membuat tantangan sendiri dengan kuliah dari uang hasil jerih payah sendiri. "Have courage, be kind," adalah quote yang benar-benar saya pegang. Karena saya sadari bahwa untuk melakukan hal yang diluar kendali kita maka kita harus miliki keberanian dan tetap rendah hati.
Saya kuliah dengan jurusan Manajemen konsentrasi Sumber Daya Manusia, karena saya merasa Indonesia sudah kaya sumber daya alamnya, hanya saja kekurangan sumber daya manusia untuk mengembangkannya.
Kehidupan yang dibatasi oleh orang tua saya sejak kecil membuat saya sedikit senang ketika akhirnya berhasil keluar dari rumah. Saya suka melakukan perjalanan dengan teman-teman kuliah atau pun teman bekerja kala akhir pekan.
Namun, pada suatu ketika saat saya melakukan perjalanan ke Gili Trawangan yang saat itu ingin merayakan malam tahun baru disana. Ekspektasi saya akan asik sekali bisa liburan di sebuah pulau. Nyatanya di Gili Trawanganlah titik saya merasa tersentuh dan ingin melakukan hal yang berbeda. Pada saat malam tahun baru tersebut hal yang saya lihat adalah sebuah pemandangan miris dimana anak-anak lokal di Gili tersebut ikut mencicipi sisa-sisa minuman keras yang di konsumsi oleh para bule yang sedang berpesta. Di satu sisi saya merasa ada anak yang lebih tidak beruntung dibandingkan saya. "Mengapa mereka menjadi pengemis di tanah kelahiran mereka sendiri?."
Cerita diatas tersebut juga melatarbelakangi saya untuk melakukan perjalanan yang lebih bermakna. Kalau biasanya saya melakukan perjalanan untuk liburan dan refreshing, untuk selanjutnya saya ingin melakukan perjalanan yang bermakna. Papua merupakan salah satu wishlist saya. Pada kesempatan tersebut saya bergabung dengan sebuah NGO untuk melakukan kegiatan relawan di Papua Barat yaitu di pulau Friwen. Saya bergabung dengan teman-teman membahas dan menyelesaikan masalah lingkungan yang terjadi di pulau tersebut.
Kegiatan relawan tersebut adalah kegiatan kerelawanan pertama yang saya lakukan. Dan jujur saya merasa senang melakukannya. Untuk ke kedepannya saya ingin melakukan hal-hal menyenangkan lainnya seperti yang saya lakukan di pulau Friwen tersebut.
"Have courage, be kind"