Halo semuaaa. Kenalkan namaku Anugrah Nurul Khumaerah, teman-teman biasa memanggilku Lala. Aku lahir dan besar di pulau Sulawesi, tepatnya di daerah yang terkenal dengan makanan khas pallubasa dan es pisang ijo. Tau kan di mana? Yup, betul sekali, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Sejak SMA, aku sangat ingin berkuliah dan merantau jauh dari daerah asalku. Setelah pengembaraan mencari kampus di pulau Jawa, akhirnya takdir membawaku untuk tetap berada di domisiliku. Aku menghabiskan empat tahun masa kuliah dengan fokus pada jurusan Kesehatan Masyarakat di Universitas Hasanuddin. Jurusan inilah yang mengantarkanku untuk aktif di beberapa organisasi yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat, salah satunya adalah Lembaga Pemberdayaan dan Pendampingan Masyarakat (LPPM) Wanua Panrita.
Setelah lulus kuliah, aku belajar banyak hal tentang pendampingan masyarakat pelosok serta turut dalam ekspedisi penentuan lokasi yang ada di Kabupaten Maros selama tiga tahun. Setelah itu, aku kembali melanjutkan perjalananku dengan bergabung di salah satu NGO yang bergerak di bidang humanitarian dan community development selama satu tahun, sebelum akhirnya aku bekerja di salah satu korporasi. Aku bersyukur atas semua jalan takdir yang sudah digariskan untukku hingga saat ini.
Aku masih ingat momen saat aku sedang mencari lowongan kerja yang sesuai dengan minatku di media sosial Instagram. Saat itu aku melihat postingan di salah satu akun tentang lowongan kerja NGO, yaitu Program Patriot Energi angkatan IV. Fokusku langsung mengarah pada orang yang mengenakan carrier di flyer tersebut. Pikirku, “wah, kayaknya aku banget nih.” Aku membaca dengan seksama visi dan misi yang ditampilkan di website tersebut. Di tengah quarter-life crisis, aku merasa tertantang untuk mencoba petualangan baru dalam bidang pemberdayaan masyarakat dengan skema intervensi yang berbeda dari bidang keilmuanku. Bukan dalam bidang kesehatan, melainkan keteknikan. Aku sangat terkesan pada empat kompetensi yang diperkenalkan di program ini, yaitu keteknikan, kejuangan, kerakyatan, dan keikhlasan. Aku merasa inilah kompetensi yang kubutuhkan.
Setelah mencari tahu tentang program dan lembaganya, tanpa berpikir panjang aku langsung mendaftarkan diri.
Bagiku, eksplorasi jati diri adalah hal yang harus diupayakan. Dan dalam setiap perjalanan, kita butuh teman seperjuangan. Kalau kata Pak Iskandar, “Bacalah dan merenunglah. Setelah itu, berbicaralah meskipun pelan. Yakinlah bahwa kau tidak sendirian dalam jeritan batinmu saat ini.” Karena bukan maut yang menggetarkan hatiku, tapi hidup yang tidak hidup.